POLITIKSUMBAR – Viral pernyataan Anggota DPR RI Komisi I, Endipat Wijaya, yang menyindir seorang influencer terkait penggalangan donasi bencana di Sumatra, menuai kritik dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Ketua Umum Koperasi Mahasiswa Universitas Negeri Padang (Kopma UNP), Ikhwan Alwi.
Ikhwan menyayangkan sikap Endipat yang diduga menyindir influencer Ferry Irwandi, penggalang donasi Rp10 miliar untuk korban bencana. Ia menilai pernyataan anggota DPR tersebut menunjukkan jauhnya sensitivitas sebagian elit terhadap solidaritas publik.
“Saya sangat kecewa setelah muncul seorang anggota Komisi I DPR RI yang menyindir donasi Rp10 miliar yang berhasil dihimpun Ferry Irwandi. Sindiran itu memantik perdebatan dan memperlihatkan betapa jauhnya sebagian elit politik dari denyut solidaritas masyarakat,” kata Ikhwan dalam keterangan resminya.
Ikhwan menegaskan bahwa donasi publik merupakan wujud empati masyarakat dan tidak bisa dibandingkan dengan anggaran pemerintah.
“Donasi itu bukan uang APBN, melainkan uang rakyat biasa yang ingin membantu. Solidaritas semacam ini tidak bisa dinilai hanya dari angka, tetapi dari kepercayaan masyarakat terhadap pihak yang bergerak cepat dan transparan,” ujarnya.
Ia juga menilai kritik DPR terhadap viralnya penggalangan dana justru menunjukkan lemahnya komunikasi publik pemerintah. Menurutnya, jika bantuan negara sudah turun, semestinya hal tersebut disampaikan dengan baik, bukan dengan meremehkan inisiatif masyarakat.
“Sikap menyindir justru membuat publik mempertanyakan prioritas pejabat: membantu warga atau menjaga citra lembaga,” lanjutnya.
Ikhwan menambahkan bahwa sindiran tersebut dapat mengirimkan pesan negatif bahwa solidaritas warga dianggap mengganggu narasi negara. Padahal, dalam banyak situasi bencana, inisiatif masyarakat sering kali menjadi bantuan pertama sebelum birokrasi bergerak.
Dalam situasi darurat, kata Ikhwan, pemerintah seharusnya merangkul gerakan solidaritas masyarakat, bukan mengerdilkannya.
“Bantuan negara memang wajib, tetapi dukungan publik adalah energi sosial yang tidak bisa digantikan oleh anggaran sebesar apa pun,” tuturnya.
Ia menutup pernyataannya dengan menilai bahwa polemik donasi Rp10 miliar bukan hanya soal Ferry Irwandi, tetapi menggambarkan cara sebagian pejabat memandang rakyat. “Komentar seperti itu menunjukkan bahwa elit lebih peduli pada persepsi daripada empati, sehingga wajar jika masyarakat dan mahasiswa semakin kehilangan kepercayaan pada pemerintah,” ujarnya.
